Jumat, 03 Mei 2013

Aliran-aliran Seni Rupa, Tokoh, dan Contoh Karya


Mempelajari seni rupa pada dasarnya mempelajari peradaban manusia.

Sejarah peradaban tidak dapat dipisah-pisahkan, karena pada dasarnya

kesenian antar bangsa memberi dan menerima pengaruh. Namun untuk
mempermudah cara mempelajarinya perlu diadakan pengelompokkan.


Secara kronologis sejarah seni rupa manca negara/ dunia dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1.Seni Rupa Timur Purba
a.Seni Mesir.
b.Seni Mesopotamia.
c.Seni Mediterania.
2.Seni Rupa Eropa Klasik.
a.Seni Yunani
b.Seni Romawi.
3.Seni Abad Pertengahan.
a.Seni Masa Pembenyukan
b.Seni Masa Gemilang.
c.Seni MAsa Kemunduran.
4.Seni Renaissance
a.Seni Renaissance.
b.Seni Barok.
c.Seni Rococo.
5.Seni Modern.


Para ahli berpendapat bahwa seni rupa Barat modern pada dasarnya bersumber dari zaman Yunani dan Romawi
yang disebut zaman Klasik. Kebudayaan Yunani tersebut dibawa ke Eropa Barat melalui Roma.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada awal abad ke-19 menyebabkan munculnya berbagai
produk. Keadaan ini akhirnya mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, tak terkecuali di bidang seni rupa.
Perhatian manusia cenderung pada hal-hal yang bersifat material, hal ini menyebabkan pemberontakan
seniman. Pemberontakan seniman termanifestasikan dalam bentuk-bentuk kreativitas, sehingga di dunia
perkembangan seni rupa lahir aliran-aliran dalam seni rupa yang saling menerusakan atau menentang aliran-
aliran sebelumnya.

1. Aliran Neo-Klasik


Pecahnya revolusi Perancis pada tahun 1789, merupakan titik akhir dari kekuasaan feodalisme di Perancis yang pengaruhnya terasa juga ke bagian-bagian dunia lainnya. Revolusi ini tidak hanya perubahan tata politik dan tata social, tetapi juga menyangkut kehidupan seni. Para seniman menjadi bebas dalam memperturutkan panggilan hati masing-masing, dimana mereka berkarya bukan karena adanya pesanan, melainkan semata-mata ingin melukis saja.

Maka dengan demikian mulailah riwayat seni lukis modern dalam sejarah yang ditandai dengan individualisasi dan isolasi diri. Jacques Louis David adalah pelukis pertama dalam babakan modern. Pada tahun 1784, David melukiskan “SUMPAH HORATII”. Lukisan ini menggambarkan Horatius , bapak yang berdiri di tengah ruangan sedang mengangkat sumpah tiga anak laki-lakinya yang bergerombol di kiri, sementara anak perempuannya menangis di sebelah kanan.

Lukisan ini tidak digunakan untuk kenikmatan, melainkan untuk mendidik, menanamkan kesadaran anggota masyarakat atas tanggung jawabnya terhadap Negara. J.L. David merupakan pelopor aliran Neo-Klasik, dimana lukisan Neo-Klasik bersifat Rasional, objektif, penuh dengan disiplin dan beraturan serta bersifat klasik.

Ciri-cirinya Lukisan Neo-Klasik :
a.Lukisan terikat pada norma-norma intelektual akademis.
b.Bentuk selalu seimbang dan harmonis.
c.Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis.
d.Raut muka tenang dan berkesan agung.
e.Berisi cerita lingkungan istana.
f.Cenderung dilebih-lebihkan.

Tokoh penerus J.L. David dalam Neo-Klasik adalah JEAN AUGUAST DOMINIQUE INGRES (1780-1867)

2. Aliran Romantik

Aliran Romantik merupakan pemberontakan terhadap aliran Neo-Klasik, dimana Jean Jacques Rousseau mengajak kembali pada alam, sebagai manusia yang tidak hanya memiliki pikiran tetapi juga memiliki perasaan dan emosi.

Lukisan-lukisan romantik cenderung menampilkan :
Hal yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo- Klasik)
Eksotik, kerinduan pada masa lalu
Digunakan untuk perasaan dari penontonnya
Kecantikan dan ketampanan selalu dilukiskan

Ciri-ciri aliran Romantis sebagai berikut :
a.Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.
b.Penuh gerak dan dinamis.
c.Warna bersifat kontras dan meriah.
d.Pengaturan komposisi dinamis.
e.Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.
f.Kedahsyatan melebihi kenyataan.

Tokoh-tokhnya antara lain :
a.Eugene Delacroix
b.Theodore Gericault
c.Jean Baptiste
d.Jean Francois Millet

Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali menancapkan panji-panji romantisme adalah Teodore Gericault (1791-1824) dengan karyanya yang berjudul “RAKIT MENDUSA”. Romantisme berasal dari bahasa Perancis “Roman” (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang perbuatan besar atau tragedy yang dahsyat.

3. Aliran Realisme

Realisme merupakan aliran yang memandang dunia tanpa ilusi, mereka menggunakan penghayatan untuk menemukan dunia. Salah seorang tokoh Realisme yang bernama “Courbet” dari Perancis mengatakan :

“TUNJUKANLAH KEPADAKU MALAIKAT, MAKA AKU AKAN MELUKISNYA, artinya ia tidak akan melukis sesuatu yang tidak ditunjukkan kepadanya (sesuatu yang tidak real/nyata). Aliran Realisme selalu melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu dan tanpa ada idealisasi, distorsi atau pengolahan-pengolahan lainnya. Gustave Courbet (1819-1877) memandang bahwa lukisan itu pada dasarnya seni yang kongkrit. Lukisan-lukisan Courbet selalu menampilkan kenyataan hidup yang pahit seperti “Lukisan Pemecah Batu” dll.

Tokoh : Jean Francois, Millet dan Honore Daumier.

4. Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme adalah aliran yang mencintai dan memuja alam dengan segenap isinya. Penganut aliran ini berusaha untuk melukiskan keadaan alam, khususnya dari aspek yang menarik, sehingga lukisan Naturalisme selalu bertemakan keindahan alam dan isinya. Monet merupakan salah satu tokoh pelukis Naturalisme, tetapi terkadang lukisannya mendekati Realisme. Meskipun lukisan Naturalistiknya Monet yang mendekati Realisme, tetapi sangat berbeda dengan lukisan Gustave Courbert sebagai tokoh realisme.

Realismenya Courbert bersifat sosialistik yang moralitasnya cukup tinggi, sedangkan realismenya Monet cenderung melukiskan yang indah-indah dan amoral, karena prinsip Monet adalah “seni untuk kepentingan seni, bukan untuk apapun. Para pelukis Naturalisme sering dijuluki sebagai pelukis pemandangan. Tokoh Naturalisme yang berasal dari Inggris adalah Thomas Gainsbrough (1727-1788).

Tokohnya antara lain John Constable, William Hogart, Frans Hall.

5. Aliran Impresionis

Apabila ada orang mendengar istilah Impresionisme, maka asosiasi mereka biasanya tertuju pada lukisan-lukisan yang impresif, yaitu lukisan yang agak kabur dan tidak mendetail. Claud Monet bukan tokoh impresionisme, tetapi aliran impresionisme banyak diilhami oleh penemuan-penemuan Claud Monet dalam setiap lukisannya. Seorang tokoh impresionisme dari Prancis bernama Piere Auguste Renoir (1841-1919).

Pelukis ini sangat gemar melukis wanita, baik dalam kondisi berpakaian maupun tanpa busana. Lukisan impresionis sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, karena melukis dilakukan di luar studio. Lukisan impresionis biasanya tidak mempunyai kontur yang jelas dan nampak hanya efek-efek warna yang membentuk wujud tertentu.

Tokohnya : Eduard Manet, Claude Monet,Auguste Renoir, Edward Degas dan Mary Cassat.

6. Aliran Ekspresionisme

Pada tahun 1990-an, para pelukis mulai tidak puas dengan karya yang hanya menonjolkan bentuk-bentuk objek. Mereka mulai menggali hal-hal yang berhubungan dengan batin, sehingga muncullah aliran ekspresionisme. Vincent Van Gogh (1850) adalah tokoh yang menjadi tonggak kemunculan aliran ekspresionisme dan tokoh lain yang mengikuti adalah Paul Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde dan di Indonesia yaitu Affandi. Ekspresionisme merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang sudah didistorsikan ke arah suasana kesedihan, kekerasan ataupun tekanan batin.

Pelopornya adalah Vincent Van Gogh, Paul Klee, Emile Nolde, W . Kandinsky, dan Edvard Munch.

7. Aliran Fauvisme

Nama fauvisme berasal dari bahas Prancis “Les Fauves”, yang artinya binatang liar. Aliran fauvisme sangat mengagungkan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan aslinya seperti pohon berwana 0ranye/jingga atau lainnya. Lukisan-lukisan fauvis betul-betul membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya.

Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka sukai tanpa memikirkan isi dan arti dari sebuah lukisan yang dibuat. Maurice De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang banyak terinspirasi oleh goresan warna Vincent Van Gogh, sampai-sampai ia berkata ; Saya lebih mencintai Van Gogh dari pada Ayah saya.

Tokoh-tokohnya Antara lain Henr y Matisse, Andre
Derain, Maurice de Vlaminc.


8. Aliran Kubisme

Aliran kubisme dilatar belakangi oleh konsep Paul Cezanne yang mengatakanbahwa bentuk dasar dari segala bentuk adalah silinder , bola, balok dan semua bentuk yang ada di dalam di pengaruhi oleh perspektif, sehingga bidang tertuju pada satu titik tengah. Karya Picasso menjadi insfirasi kemunculan karya- karya kubisme, karena motif geometris digunakan oleh Picasso.

Lukisan kubisme mengedepankan bentuk-bentuk germetris. Tokoh kubisme yang sangat terkenal adalah Picasso dan Paul Cezanne, tetapi di samping kedua tokoh ini masih banyak tokoh lain yg menganut Kubisme seperti Juan Gris dll.

9. Aliran Abstraksionisme

Aliran Abstraksionime adalah aliran yg berusaha melepaskan diri dari sensasi-sensasi atau asosiasis figuratif suatu obyek. Aliran Abstraksionis di bedakan menjadi dua yaitu.
Abstrak kubistis

Yaitu abstrak dalam bentuk geometrik murni seperti lingkaran kubus dan segi tiga
Tokoh aliraran ini berasal dari Rusia yaitu Malivich [1913]
Abstrak Nonfiguratif

Yaitu abstrak dalam arti seni lukis haruslah murni sebagai ugkapan perasaan, di mana garis mewakili garis ,warna mewakili warna dan sebagainya. Bentuk alami ditinggalkan sama sekali. Tokohnya adalah Wassily kadinsky, Naum Goba.

10. Aliran Futuris


Aliran Futuris muncul di Itali pada tahun 1909, sebagai reaksi terhadap aliran kubisme yang dianggap dinamis penuh gerak, karena itu temanya cenderung menggambarkan kesibukan-kesibukan seperti,pesta arak-arakan, perang dll.

Tokoh aliran ini antara lain :
Carlo Carra
Buido Severini
Umbirto Boccioni
F.T Marineti


11. Aliran dadaisme

Aliran dadaisme merupakan pemberontak konsep dari konsep aliran sebelumnya. Aliran ini mepunyai sikap memerdekakan diri dari hukum-hukum seni yg telah berlaku. Ciri aliran ini sinis, nihil dan berusaha meleyapkan ilusi. Aliran ini dilatar belakangi oleh perang dunia pertama yg tak kunjung berhenti.

Perang yg tak kunjung padam memberi kesan hilangnya nilai sosial dari nilai estetika di muka bumi, sehinga pandangan dadaisme tidak ada estetika dalam karya seni. Tokoh Dadisme adalah Paul klee, Scwitters Tritan Tzara, Maron Janco dll.

12. Aliran Surealisme.

Aliran surealis banyak di pengaruhi oleh teori analisis psikologis. Sigmund Freud mengenai ketidak sadaran dalam anatomisme dan impian. Surealisme sering tampil tidak logis dan penuh fantasi, seakan-akan melukis dalam mimpi.

Tokoh surealis yaitu
Salvador Dali
Maxt Ernest
Jona Mirod
Read More..

SENI ABSTRAK

seni abstrak
Seni abstrak adalah salah satu jenis kesenian kontemporer yang tidak menggambarkan obyek dalam dunia asli, tetapi menggunakan warna dan bentuk dalam cara non-representasional. Pada awal abad ke-20, istilah ini lebih digunakan untuk mendeskripsikan seni seperi kubisme dan seni futuristik.

Memahami Lukisan Abstrak
Lukisan abstrak sering menimbulkan pertanyaan di kalangan masyarakat kebanyakan.

Lukisan apa ini? Kok tidak ada bentuknya? Seperti corat-coret saja! Lukisan seperti ini sulit dipahami. Pernyataan seperti itu sering terlontar ketika seseorang berhadapan dengan lukisan abstrak.

Karena tidak mengemukakan sesuatu yang kongkrit, lukisan abstrak terkesan sulit dimengerti. Hanya orang-orang tertentu saja yang menyukai lukisan jenis ini. Kesannya, lukisan abtrak menjadi karya seni kaum elit dan hanya dipahami kaum intelek saja. Padahal sebenarnya tidak sulit memahami lukisan abstrak.

Sekilas Seni Abstrak

Louis Fichner dalam Understanding Art (1995) menyatakan, seni abstrak merupakan penyederhanaan atau pendistorsian bentuk-bentuk, sehingga hanya berupa esensinya saja dari bentuk alam atau objek yang diabstraksikan. Abstraksi, mengubah secara signifikan objek-objek sehingga menjadi esensinya saja.

Seni abstrak diciptakan melalui dua pendekatan. Pertama, seni abstrak diciptakan tanpa merujuk secara langsung pada bentuk-bentuk eksternal atau realitas. Ke dua, seni abstrak berupa citraan-citraan yang diabstraksikan yang berasal dari alam. Seni abstrak diciptakan melalui proses mengubah atau menyederhanakan bentuk-bentuk menjadi bentuk geometrik atau biomorfik. Seni abstrak juga dapat diciptakan dalam bentuk ekspresif.

Istilah nonobjective dahulu digunakan untuk mendeskripsikan jenis-jenis seni abstrak tertentu. Istilah ini kemudian ditinggalkan oleh para kritikus kontemporer dan para sejarawan. Mereka lebih memilih istilah seni abstrak daripada seni nonobjective. Seni abstrak muncul pada abad 20 dalam seni rupa Barat, sebagai seni avant-garde.

Lukisan abstrak berupa abstraksi pohon dibuat oleh pelukis Piet Mondrian. Pelukis ini menciptakan lukisan abstrak melalui beberapa tahapan. Pertama, pohon digambar tampak seperti mata memandang. Kemudian pohon digambar berdasarkan esensinya saja, yaitu struktur garisnya.

Lukisan abstrak lainnya, lukisan ekspresionis karya Jackson Pollock, merupakan ekspresi murni pelukis tanpa merujuk pada objek-objek alam. Lukisan abstrak ini diciptakan berdasarkan intuisi pelukis. Cat warna-warni di tuangkan pada permukaan kanvas, sehingga membentuk komposisi-komposisi tertentu.

Ibarat Mendengar Musik Instrumental

Wassily Kandinsky pelukis ternama Rusia, menyatakan, lukisan abstrak itu ada kemiripan dengan musik. Memahami lukisan abstrak bisa diibaratkan seperti kita mendengarkan musik instrumental. Kita bisa merasakan keindahan nada-nada musik itu tanpa harus dibebani dengan muatan-muatan verbal.

Semua unsur estetika dikembalikan pada bentuknya yang paling murni. Pada musik, semua unsur nada mewakili nada itu sendiri. Pada senilukis, warna mewakili warna, garis mewakili garis, demikian pula dengan unsur-unsur visual lainnya. Pada lukisan abstrak, unsur-unsur visual tidak digunakan untuk merepresentasikan objek-objek tertentu.

Pada lukisan abstrak, unsur-unsur visual disusun sedemikian rupa, sehingga menyampaikan pesan atau kesan tertentu. Unsur-unsur visual ini sendiri memiliki karakter dan makna-makna simbolik. Karakter dan makna simbolik unsur-unsur visual dapat menyiratkan makna tertentu yang diinginkan pelukis.

Jika pada musik instrumental orang bisa merasakan nada-nada senang, sedih, semangat dan sebagainya. Demikian pula dengan lukisan. Komposisi unsur-unsur visual bisa menunjukkan hal yang sama. Kesan kalem, tenang, tegas, berani, optimis dan sebagainya dapat diciptakan melalui komposisi unsur-unsur visual.

Klasifikasi warna
Lukisan abstrak dapat dianalisis berdasarkan klasifikasi warnanya. Warna dapat diklasifikasian dalam beberapa kelompok, yaitu warna panas, dingin, harmonis, monokromatis, kontras dan netral. Warna panas terdiri dari unsur-unsur warna merah, kuning dan oranye. Warna dingin terdiri dari unsur-unsur warna hijau, hijau muda, dan biru.

Warna harmonis terdiri dari unsur-unsur warna berdekatan dalam lingkaran warna. Contohnya warna biru, hijau dan hijau muda. Atau warna merah, oranye dan kuning.

Warna monokromatis, warna yang disusun berdasarkan warna senada. Warna senada dibuat dengan menambahkan warna putih atau hitam. Warna biru bila ditambahkan warna putih akan menjadi biru terang. Semakin banyak warna putih ditambahkan, warna biru akan tampak semakin terang. Dengan cara seperti ini warna biru terang bisa dibuat menjadi beberapa tingkatan. Jika disusun dalam bidang gambar warna ini menjadi warna monokromatis biru.

Jika ditambahkan warna hitam, warna biru akan menjadi biru gelap. Semakin banyak warna hitam ditambahkan, warna biru akan semakin gelap. Dengan cara ini pula warna biru gelap bisa dibuat beberapa tingkatan. Jika disusun dalam bidang gambar, menjadi susunan warna biru monokromatis.

Warna kontras terdiri dari unsur-unsur warna yang saling bertentangan. Warna hitam dan warna putih adalah kontras karena sangat bertentangan. Warna kuning dengan ungu juga kontras. Demikian pula warna merah dengan hijau. Warna kontras adalah warna-warna yang sangat bertentangan. Dalam lingkaran warna, posisi warna kontras saling berhadapan.

Karakter warna

Lukisan abstrak juga dapat dianalisis berdasarkan karakter warnanya. Karakter warna, kesan yang ditimbulkan oleh warna. Warna kuning, oranye dan merah memberi kesan warna hangat, gembira, semangat, berani dan sebagainya. Warna biru, hijau dan hijau muda memberi kesan sejuk, tenang, nyaman, dan sebagainya. Warna hitam, putih, dan abu-abu adalah warna netral.
Karakter Garis dan Tekstur
Lukisan abstrak juga dapat dianalisis berdasarkan karakter garis dan teksturnya. Garis dan tekstur memiliki karakter tertentu. Garis meliuk terkesan gemulai, lembut dan lunak. Garis lurus dan menikung tajam terkesan kaku, tegas dan keras. Demikian pula dengan tekstur, permukaan tekstur lukisan menyampaikan karakter tertentu. Tekstur halus memberikan kesan lembut dan nyaman. Sedangkan tekstur kasar manyampaikan kesan sebaliknya, keras dan tidak nyaman.

Komposisi

Lukisan abstrak juga dapat dianalisis komposisinya. Komposisi lukisan dapat diciptakan dengan berbagai cara. Pertama, komposisi balans simetris. Pada komposisi ini unsur-unsur visual lukisan disusun seimbang secara simetris. Kedua, komposisi balans asimetris. Pada komposisi ini, susunan unsur-unsur visual lukisan disusun seimbang namun tidak simetris.

Makna Simbolik

Lukisan abstrak juga dapat dianalisis berdasarkan warna simboliknya. Warna simbolik menyampaikan pesan-pesan atau kesan-kesan tertentu berdasarkan karakter warna. Warna sebagai simbol dipergunakan atas dasar konvensi, atau suatu kebiasaan yang berlaku umum.

Mawar merah dapat diartikan sebagai lambang cinta. Berdasarkan karakternya, warna merah terkesan semangat, berani, hangat, bahagia, dan optimis. Seorang pemuda yang memberikan setangkai mawar merah pada gadis pujaannya, dapat diartikan pemuda itu menyatakan cinta pada si gadis. Karakter warna merah dapat dianggap mewakili perasaan pemuda itu.

Warna hitam sering dipergunakan untuk menyatakan dukacita. Berdasarkan karakternya, warna hitam terkesan gelap, misterius, murung, sedih dan tenang. Pada upacara pemakaman biasanya orang mengenakan busana warna hitam sebagai pernyataan duka cita.

Demikian pula dengan warna-warna lainnya. Setiap warna memiliki karakter dan makna-makna simbolik tertentu. Warna hijau misalnya, banyak dipergunakan untuk simbol lingkungan hidup. Warna ini memiliki karakter sejuk, dingin, segar, tenang, dan nyaman. Warna hijau memberikan kesan kehidupan.

Warna kuning banyak dimanfaatkan untuk upacara-upacara gemerlap dan mewah. Warna kuning mengesankan kemegahan. Warna putih banyak dipergunakan untuk upacara-upacara sakral. Warna putih mengesankan bersih dan suci.
Pada lukisan abstrak, seorang pelukis memilih warna-warna berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pilihan-pilihan warna berdasarkan pada karakter dan makna-makna simbolik warna itu sendiri. Seorang pelukis abstrak tidak asal saja menaruh warna-warna pada kanvas.

Menikmati Lukisan Abstrak

Menikmati lukisan abstrak dapat dilakukan dengan cara melihat keharmonisan susunan unsur-unsur visualnya. Unsur-unsur visual berupa komposisi, warna, garis, dan tekstur lukisan menciptakan kesan dan pesan tertentu. Setiap orang berhak menafsirkan lukisan abstrak sesuai dengan latar belakang pengalamannya. Karena lukisan adalah tanda visual multi interpretasi.
Read More..

Rabu, 01 Mei 2013

CONTOH - CONTOH SENI RUPA DI INDONESIA

















Lukisan Ikan KOI

















Lukisan Ayam mencari Makan

Lukisan Berburu Banteng


Lukisan Buah Buahan




















 
 
TERIMA KASIH BUAT : http://senibudaya-indonesia.blogspot.com


Read More..

SENI RUPA

seni lukis

Pengertian Seni Lukis

Seni lukis merupakan karya seni rupa berwujud dua dimensi yang dalam penciptaannya mengolah unsur titik, garis, bidang, tekstur, warna, gelap-terang, dan lain-lain melalui pertimbangan estetik. Pada karya seni rupa purbakala, objek yang dipilih kebanyakan berupa bentuk manusia, flora, dan fauna. Karya seni lukis tradisional yang terdapat di Nusantara, antara lain lukisan kaca, lukisan di atas kain, lukisan batik, lukisan wayang beber, dan lukisan pada wayang kulit (sungging). Di Sumbawa, tradisi lukisan dari nenek moyang terdapat pada nisan berukir, lukisan pada tiang, dinding rumah, dan sebagainya.
Dengan kata lain Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan.

Sejarah Seni Lukis Indonesia

Perkembangan seni rupa Indonesia khususnya seni lukis tidak banyak diketahui. Hal itu karena karya tulis yang mengupas parjalanan seni rupa masih sedikit dan terbatas pada kalangan akademis. Namun, akhir-akhir ini banyak seniman yang mengupas dan menulis seputar seni dan kesenian di Indonesia, terutama tentang seni lukis.
Secara garis besar perkembangan seni rupa Indonesia meliputi seni prasejarah, sejarah seni Indonesia-Hindu, seni Indonesia-Islam, dan seni Indonesia Modern.

1. Seni Lukis Prasejarah Indonesia

Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Pada zaman tersebut lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dan karang.
Salah satu teknik yang digunakan oleh orang-orang gua untuk melukis di dindingdinding gua adalah dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprot dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik menyemprot ini dikenal dengan nama aerograph. Media lain yang digunakan untuk membuat lukisan adalah tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperti mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dan tema yang dipilih untuk membuat lukisan-lukisan tersebut adalah magis.
Contoh karya seni lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan adegan perburuan. Selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (Papua). Lukisan yang terdapat di tempat tersebut menggambarkan nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan yang tersebar di daerah yang amat luas itu adalah siluet tangan yang terdapat di manamana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing batu di teluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan di kepulauan Kei. Selain motif bayangan tangan, motif yang terdapat di banyak tempat ialah sosok manusia, perahu, matahari, bulan, burung, ikan, kura-kura, manusia, kadal, kaki, dan babi rusa.

2. Seni Lukis Hindu Klasik Indonesia

Setelah zaman prasejarah berakhir, bangsa Indonesia telah memiliki berbagai macam keahlian seperti pembuatan batu besar berbentuk piramida berundak, seni tuang logam, pertanian dan peralatannya, seni pahat, serta pembuatan batik yangdikembangkan dengan penambahan unsur-unsur baru pada waktu masuknya pengaruh Hindu. Zaman ini merupakan babak baru dalam periodisasi kebudayaan di Indonesia dan dapat dikatakan sebagai zaman sejarah karena pada zaman ini telah ditemukan peninggalan berupa tulisan. Hal ini terjadi karena adanya kontak kebudayaan dengan India sekitar abad ke-5 M.
Tema yang umum digunakan pada suatu karya seni pada masa ini antara lain tema agama, mitologi, legenda, dan cerita sejarah. Contohnya lukisan Bali Klasik yang berisi cerita Ramayana dan Mahabharata. Gaya yang dipakai pada pahatan dinding candi zaman Majapahit adalah gaya wayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat dengan stilasi. Sebutan gaya wayang di sini menunjukkan tanda persamaan dalam stilasi bentuk tokoh cerita wayang kulit dan lukisan Bali Klasik. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai bahan alami seperti kulit kayu, daun-daunan, tanah, dan jelaga. Lukisan dibuat pada kain memanjang tanpa dipasang pada bingkai rentang sehingga hasilnya menyerupai lukisan gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.
Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan seni lukis yang menyatu dan berakulturasi dengan kebudayaan Hindu menjadi khas dan dikenal oleh berbagai negara hingga kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha, dan seni lukis Seniman Muda.

3. Seni Lukis Islam Indonesia

Seperti pada zaman Hindu, kesenian Islam di Indonesia berpusat di istana. Seorang seniman tugasnya tidak semata-mata menciptakan karya seni, akan tetapi ia juga seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat, di samping mengenal cabang seni lainnya. Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidup dalam bentuk realistis. Para seniman melakukan upaya kompromistis dengan kebudayaan sebelumnya. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan nafas baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligrafi. Adapun pembuatan patung, dibuat demikian tersamar sehingga seolah-olah gambaran ini hanya berupa hiasan dedaunan atau flora.
Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal dari Cirebon.

4. Seni Lukis Indonesia Baru

Seni lukis Indonesia baru yang berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan karya seni lukis Indonesia dipengaruhi kuat oleh kekuatan sejarah. Seni lukis Indonesia baru berkembang setelah masa seni lukis Islam. dan seni lukis pada masa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan senirupa indonesia dimana tokohnya seperti Raden Saleh, Affandi, Basuki Abdullah dan kawan-kawan yang sudah saya pernah posting sebelumnya dan bisa anda baca disini.

Macam-macam Seni Lukis berdasarkan tujuan pembuatannya

Dalam membuat sebuah karya seni lukis, para seniman memiliki berbagai macam tujuan dan alasan pembuatan karya tersebut. Tujuan-tujuan yang dipilih oleh para seniman antara lain tujuan religius, magis, simbolis, estetis, komersil, dan ekspresi.

a. Seni Lukis untuk Tujuan Religius

Seorang seniman yang memiliki tujuan religius menjadikan lukisan yang dibuatnya sebagai pengabdian yang ditunjukan kepada Tuhan, nenek moyang, atau para dewa, baik politheisme atau monotheisme. Salah satu bentuk lukisan yang dibuat dengan tujuan religius adalah lukisan pada gua leang-leang di Maros, Sulawesi Selatan.

b. Seni Lukis untuk Tujuan Magis

Seorang seniman yang memiliki tujuan magis menjadikan lukisan yang dibuat untuk mendatangkan magis atau sihir. Lukisan ini bersifat primitif. Akan tetapi, pelukis modern juga banyak yang melukis tema dan motif primitif agar menimbulkan kesan magis. Mereka menganut paham primitivisme. Seniman-seniman yang banyak melukis tema dan motif primitif banyak terdapat di Bali.

c. Seni Lukis sebagai Tujuan Simbolis

Seorang seniman yang memiliki tujuan simbolis melakukan kegiatan melukis untuk melambangkan suatu cita-cita kehidupan pribadi atau kelompok. Misalnya, cita-cita berupa kebahagiaan, kedamaian, kekuatan, dan kehendak positif yang bermanfaat bagi manusia. Contoh lukisan yang dibuat dengan tujuan simbolis adalah lukisan kepahlawanan Pangeran Diponegoro karya Basuki Abdullah.

d. Seni Lukis untuk Tujuan Estetis

Seorang seniman yang memiliki tujuan estetis akan melukis dengan sematamata mengutamakan rasa keindahan saja sehingga lukisannya dapat dinikmati sebagai penghias dekorasi. Contoh lukisan yang memiliki tujuan estetis adalah lukisan pemandangan atau lukisan kegiatan masyarakat.

e. Seni Lukis untuk Tujuan Komersil

Seorang seniman yang memiliki tujuan komersil akan melukis dengan mengutamakan selera pembeli. Contohnya adalah para pelukis di jalan.

f. Seni Lukis untuk Tujuan Ekspresi

Seorang pelukis yang melukis dengan tujuan ekspresi akan melukis untuk mengekspresikan perasaannya sendiri, tanpa melihat unsur-unsur lain. Di sini seniman benar-benar total mencurahkan semua ekspresi dan perasaannya ke dalam sebuah lukisan. Teknik yang dipakai pun beragam dan biasanya seorang seniman ini mempunyai teknik khas tersendiri.

Terima kasih buat :  http://blog-senirupa.blogspot.com
Read More..

Minggu, 28 April 2013

SENI TRADISIONAL DI KOTA KUDUS

Paradigma 18 - Bidikan Utama - Modernisme seringkali berhadapan dengan wajah tradisionalisme, termasuk di dalamnya kesenian tradisional. Kesenian tradisional yang menyimpan nilai-nilai adiluhung religio-spiritual dalam lokalitasnya, cendrung bertentangan dengan modernitas yang mengedepankan rasionalitas. Dan kini, wajah masyarakat adalah wajah modernitas. Dan kesenian tradisional Kudus juga dihadapkan dalam dinamika perubahan masyarakat. Kentrung, Barongan, wayang klitik, dan beberapa kesenian Kudus lainya sepi peminat. Apa yang harus dilakukan oleh seni tradisional di Kudus? “Para seniman perlu melakukan inovasi, menyesuaikan kesenian tradisional dengan perubahan zaman, namun tidak mengurangi nilai-nilainya,” tutur Kasi Kesenian TBJT Surakarta, ST. Wiyono.
Hal yang sama dikemukakan oleh Ketua Dewan Kesenian Kudus, Aris Junaidi. Menurutnya adanya pelbagai inovasi terhadap kesenian tradisional merupakan hal yang positif, menarik, dan sekaligus bisa menjadi peluang emas bagi kesenian tradisional agar tetap eksis. Dengan kreativitas seniman dalam mengemas, maka keunikan dan ke-klasikan seni tradisional bisa memikat publik. Pengemasan ataupun balutan kesenian tradisional, bisa saja berupa kolaborasi dengan hal-hal dan alat-alat yang modern. “Tetapi tetap dalam koridor dan kadar-kadar tertentu, agar nilai-nilai kearifan lokalnya tidak luntur, dan justru lebih kuat budaya modernnya,” jelas Aris.
Inovasi ini perlu dilakukan. Agar kesenian tradisional tetap diminati masyarakat. Di samping masyarakat yang cenderung lebih meminati dan asyik dengan kesenian modern, menurut Aris penyebab kesenian tradisional kurang diminati oleh masyarakat, khususnya masyarakat Kudus adalah konsistensi dari kesenian tradisional itu sendiri. Artinya eksklusifme seni tradisional menyebabkan penampilan seni tradisional monoton dan menjenuhkan. “Barongan Kudus misalnya, tampilannya cenderung konsisten, sehingga masyarakat jenuh bahkan apatis,” tandas Aris.
Pengamat kesenian dari Kudus, MM Bhoernomo menyatakan bahwa sebenarnya kesenian tradisional yang sifatnya cenderung konsisten dan tidak banyak perubahan bukanlah suatu kemunduran atau bahkan kemajuan. Dalam konteks modern, inovasi yang dilakukan terhadap kesenian tradisional memang sebuah kemajuan, dan hal ini baik jika tujuannya agar generasi muda tertarik. Karena biasanya yang berubah adalah kemasannya saja. “Misalnya wayang kulit, sekarang dikemas lebih modern, namun pakem penampilannya sebab bentuk dan ceritanya masih sama tetap alias tidak berubah,” jelas Sastrawan seribu nama ini.
Bhoernomo menambahkan bahwa inovasi yang dilakukan tersebut bukannya tanpa resiko. Resikonya memang akan nampak seperti mendistorsi kesenian tradisional. Jadi menurutnya harus ada kuota yang jelas dalam membatasi modernisasi kesenian tradisional. Jangan sampai justru mengubur hidup-hidup kesenian tradisional.

Minim Sentuhan
Kesenian tradisional Kudus kini minim sentuhan. Padahal untuk tetap bisa bertahan dalam arus budaya pop, kesenian tradisional Kudus harus mendapatkan sentuhan intensif dari Pemda sebagai pemegang tampuk kekuasaan, serta masyarakat Kudus sendiri. Generasi muda juga memberi andil dalam mempertahan kesenian tradisioal Kudus, karena mereka adalah generasi penerus. Seharusnya pemerintah dan masyarakat, khususnya generasi muda harus berjalan berdampingan dan ada kerjasama yang baik. “Ke depannya harus ada kebersamaan dalam mengelola, melestarikan, dan mendayagunakan kesenian tradisional,” kata Aris berharap.
Sementara itu, menurut Bhoernomo apresiasi dari Pemda mutlak diperlukan, agar kesenian tradisional Kudus tetap eksis. Pemda harus lebih apresiasi dalam arti seluas-luasnya. Jangan biarkan kesenian tradisional terlantar, dan baru sadar jika sudah diklaim bangsa lain.
Menurutnya, faktor utama masyarakat atau para pemuda kurang berminat melestarikan kesenian tradisional Kudus, justru karena kurangnya apresisasi pemerintah secara umum terhadap para seniman. “Coba kalau seniman tradisioanal di seluruh daerah diangkat jadi PNS, pasti akan banyak sekali pemuda yang tertarik pada kesenian radisional,” tandas Bhoernomo.
Minimnya sentuhan dari pemerintah secara umum, serta Pemda sebagai pemegang kekusaan lokal, melahirkan pelbagai kendala dalam mengembangkan kesenian daerah. Kendala yang utama adalah sulitnya regenerasi kesenian tradisional. Sulit mencari generasi muda yang cinta, mau meneruskan, serta nguri-nguri kearifan kesenian tradisional. Mereka lebih enjoy menikmati seni modern (populer) yang hadir di berbagai media masa, dan telah masuk di ranah keluarga.
Kendala lain, menurut Aris, adalah Pemda masih sulit melacak dan menemukan sumber yang valid pelaku sejarah seni tradisional, sehingga tidak tahu bagaimana cara memainkan dan menampilkannya yang benar-benar murni asli.

Seremonial
Biasanya pemerintah menjadikan kesenian tradisional hanya sebatas pentas seremonial yang menghabiskan anggaran. Tari kretek Kudus misalnya, kesenian asli Kudus tersebut dihadirkan sebagai suguhan saat peresmian Museum Kretek pada tahun 1987 (lihat Majalah Paradigma Edisi 15, April 2009). Dan kini hanya dipentaskan jika ada tamu pemerintahan, dan beberapa acara yang sifatnya seremonial, tanpa adanya pembinaan secara serius. “Tidak sekadar menghadirkan para budayawan dan seniman hanya pada acara tertentu untuk nara sumber belaka tanpa apresiasi lebih,” keluh Aris.
Aris mengungkapkan, minimnya apresiasi terhadap kesenian tradisional, juga disebabkan karena minimnya anggaran yang dialokasikan. Sebagai Ketua Dewan Kesenian Kudus, dia tahu betul berapa anggaran untuk bidang kesenian. Dalam satu tahun, menurutnya, anggaran untuk seni tradisional maksimal kurang lebih Rp 100 juta. Dan itu dibagi dalam berbagai acara. Sementara milyaran rupiah lebih, dialokasikan pada bidang yang lain. Akibatnya sensitivisme muncul, kesenian tradisional sepi peminat, dan lebih menikamti kesenian modern yang minus budi pekerti.
Lebih dari itu, Bhoernomo mengkritik pemerintah yang selama ini menganaktirikan kesenian tradisional. Menurutnya, perhatian pemerintah daerah terhadap kesenian tradisional, sangat minim. Misalnya, kesenian Barongan yang kainya sudah sangat lusuh karena tidak mampu beli kain baru, sehingga membuat tampilannya kurang menarik.
Kurangnya perhatian Pemda terhadap kesenian tradisional Kudus diakui oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus, Hadi Sucipto. Khususnya jika dikaitkan dengan jumlah anggaran yang dialokasikan. Pasalnya, pihak pemerintah hanya sekadar memberikan stimulus. “Hanya sekadar dana pemantik, bukan dana penuh untuk melakukan proses rehabilitasi kesenian tradisional Kudus secara menyeluruh. Untuk itu kami selanjutnya menyerahkannya kepada masyarakat untuk melakukan proses perbaikan secara menyeluruh,” jelas Hadi dengan merahasiakan jumlah anggaran untuk pelestarian kesenian daerah Kudus.
Hadi tidak ingin dikatakan pihaknya kurang perhatian terhadap kesenian tradisional di Kudus. Menurutnya peran Pemda untuk mempertahankan kesenian tradisional masih tetap eksis. Diantaranya dengan mengembangkan budaya, benda cagar budaya ataupun seni tradisional yang ada di kudus. Misalnya Barongan Kudus, Ketoprak, Kentrung, Wayang Klitik dan lain sebagainya. Di samping itu, pihaknya juga mengembangkan budaya melalui Desa Wisata dengan memfasilitasi beberapa asesoris. Seperti, Membangun Desa.Wonosoco menjadi desa wisata dengan kekhasan kesenian wayang klitiknya.
Untuk itu, Bhoernomo mengungkapkan bahwa kesenian bisa menjadi aset daerah yang bisa mendatangkan “koin” bagi pemerintah. “Sekadar bukti, banyak media yang mengusung  kesenian tradisional ternyata bisa menjadi suguhan yang menarik, bahkan dijadikan objek wisata. Dan hal yang menarik wisatawaan asing, adalah kesenian tradisional,” jelas Pak Bhoer, begitu ia akrabb disapa.(*)
Read More..

Gunakan Google Chrome Untuk Mendapatkan Tampilan Terbaik Blog Ini ( ^_^ )